Vaksin Nusantara: 7 Fakta Penting yang Harus Kamu Ketahui

Sejak pertama kali diperkenalkan ke publik, vaksin Nusantara langsung mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Vaksin ini digagas sebagai karya anak bangsa yang diharapkan mampu memberikan alternatif perlindungan dari Covid-19. Namun, perjalanan vaksin Nusantara tidak lepas dari pro dan kontra, terutama terkait metode pengembangannya, hasil uji klinis, dan status perizinannya. Untuk memahami lebih jelas, mari kita bahas 7 fakta penting tentang vaksin Nusantara yang wajib kamu ketahui.

Baca Juga: 7 Fakta Vaksin Moderna


1. Vaksin Nusantara Dikembangkan di Indonesia

Salah satu daya tarik utama vaksin Nusantara adalah statusnya sebagai vaksin hasil riset dalam negeri. Proyek ini melibatkan peneliti Indonesia dengan dukungan sejumlah pihak, termasuk kerja sama dengan AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat. Tujuan awalnya adalah menciptakan vaksin berbasis sel dendritik yang lebih personal dan disesuaikan dengan kondisi tubuh penerima.

Wajib Tahu: 5 Keunggulan Vaksin Pfizer untuk Keluarga


2. Menggunakan Teknologi Sel Dendritik

Berbeda dengan vaksin Covid-19 lain seperti Sinovac, Pfizer, atau Moderna yang berbasis mRNA atau virus inaktif, vaksin Nusantara menggunakan teknologi sel dendritik. Cara kerjanya adalah dengan mengambil sel darah putih dari tubuh pasien, kemudian diproses di laboratorium dengan antigen virus Covid-19, lalu dikembalikan ke tubuh pasien. Konsep ini membuat vaksin Nusantara tergolong terapi individual, bukan vaksin massal.

Simak Juga: Pahami Jenis Vaksin COVID-19


3. Status Uji Klinis Masih Menjadi Sorotan

Menurut data dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), uji klinis fase I vaksin Nusantara sempat berjalan, namun uji klinis fase II mendapat banyak kritik. BPOM menyebutkan ada sejumlah kelemahan dalam desain penelitian, termasuk aspek keamanan dan standar produksi yang belum sesuai dengan kaidah internasional. Hingga kini, vaksin Nusantara belum mendapatkan izin edar resmi.

Jangan Lewatkan: Efek Samping Vaksin COVID-19 & Solusi


4. Dukungan dan Kontroversi Publik

mendapat dukungan besar dari beberapa tokoh masyarakat dan politisi yang melihatnya sebagai kebanggaan nasional. Namun, di sisi lain, banyak pakar kesehatan dan ilmuwan yang menilai perlu kehati-hatian. Kontroversi ini membuat menjadi topik hangat, bahkan memunculkan perdebatan antara aspek ilmiah dan nasionalisme.


5. Manfaat yang Diharapkan dari Vaksin Nusantara

Meskipun masih dalam tahap penelitian, ada beberapa manfaat yang diharapkan dari vaksin Nusantara, yaitu:

  • Memberikan imun yang lebih spesifik karena berbasis sel tubuh sendiri.

  • Potensial untuk pasien dengan kondisi khusus, misalnya yang memiliki penyakit penyerta.

  • Menjadi salah satu kontribusi Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan medis global.

Namun, manfaat ini masih perlu dibuktikan dengan data ilmiah yang lebih kuat dari uji klinis berskala besar.


6. Perbandingan dengan Vaksin Covid-19 Lain

Jika dibandingkan dengan vaksin Covid-19 lain yang sudah digunakan secara luas, vaksin Nusantara memiliki perbedaan mendasar. Vaksin Sinovac, Pfizer, dan Moderna bisa diproduksi massal dengan standar yang seragam, sementara bersifat individual dan memerlukan proses laboratorium khusus untuk tiap orang. Hal ini membuat lebih sulit digunakan secara luas dibanding vaksin konvensional.


7. Perkembangan Terbaru Vaksin Nusantara

Hingga saat ini,  belum disetujui untuk digunakan secara massal oleh Kementerian Kesehatan maupun BPOM. Meski begitu, riset dan diskusi seputar vaksin ini tetap berjalan. Beberapa pihak melihat potensi untuk digunakan sebagai terapi imunoterapi di luar Covid-19, misalnya untuk penyakit lain yang memerlukan pendekatan personal.

Tertarik melihat bagaimana produk kami bisa membantu bisnis Anda? Lihat detail produk kami di Katalog Inaproc REHOBOT SUKSES MANDIRI


Kesimpulan

Dari uraian di atas, jelas bahwa vaksin Nusantara adalah salah satu inovasi kesehatan yang patut diapresiasi, meskipun masih menyisakan banyak pertanyaan. Vaksin ini menawarkan pendekatan berbeda dengan teknologi sel dendritik, namun juga menghadapi tantangan besar dalam hal uji klinis, regulasi, dan penerapan massal.

Penting untuk diingat bahwa setiap informasi mengenai harus dilihat dari sudut pandang ilmiah dan data medis yang valid. Masyarakat diharapkan tetap tenang, tidak mudah terprovokasi oleh isu yang belum terverifikasi, dan selalu mengutamakan informasi resmi dari Kemenkes, BPOM, maupun organisasi kesehatan dunia.

Pada akhirnya, vaksinasi tetap menjadi salah satu cara paling efektif untuk melawan pandemi. Meski  masih dalam tahap pengembangan, keberadaannya menunjukkan semangat riset anak bangsa untuk ikut berkontribusi dalam kesehatan global. Tetaplah menjaga kesehatan, ikuti program vaksinasi yang sudah terbukti aman, dan terus dukung perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.